Saturday, December 16, 2006

C.H.E.M.I.S.T.R.Y

..Given or Made ?..

Seringkali jika ada suatu hubungan yang melibatkan lebih dari satu orang atau satu institusi, orang akan mengkaitkannya dengan istilah “cocok – cocokan” ; “jodoh”; atau “click”. Atau dalam bahasa kerennya seringkali disebut Chemistry.

Misalnya, pada saat kita ketemu dengan lawan jenis yang kita anggep sebagai Mr. atau Ms. Almost Perfect (baca : big boops and nice butt (????)), kita anggap bahwa ada desiran – desiran di dalam hati kita yang kita asumsikan sebagai Chemistry. Kalo rekan kerja kita dapat bekerja sama dengan baik (baca: gw rekan, loe yang kerja), kita bilang chemistry-nya positif. Kalo anak buah kita dapat memberikan kontribusi positif (baca : mau diperas dengan gaji yang kecil, nggak ada kemungkinan promosi, nggak pernah nolak kerjaan dan mau kerja di luar jam semestinya), kita bilang chemistry-nya cocok.

Sebenernya apa sih chemistry ?

Chemistry (from Greek χημεία (khemeia) meaning "alchemy") is the science of matter at the atomic to molecular scale, dealing primarily with collections of atoms, such as molecules, crystals, and metals. Chemistry deals with the composition and statistical properties of such structures, as well as their transformations and interactions to become materials encountered in everyday life. Chemistry also deals with understanding the properties and interactions of individual atoms with the purpose of applying that knowledge at the macroscopic level. (www.wikipedia.com)

Berdasarkan definisi ini, ada beberapa kesimpulan yang bisa gw ambil:
Chemistry deals with transformations and interaction of more than one structure to become materials.
Chemistry is a continuity process.
Chemistry deals with process of understanding.

Jadi bisa dibilang bahwa istilah chemistry itu melibatkan :
Proses interaksi (berarti lebih dari 1 subjek) dalam waktu lama dan berlangsung secara terus – menerus.
Interaksi ini melahirkan atau bertransformasi menjadi perasaan saling memahami.

Pertanyaannya, chemistry itu hadir dengan sendirinya atau kita bisa menciptakan chemistry?

Kalau konteks dari chemistry lahir dari suatu proses, maka jawaban diatas bisa berarti keduanya benar. Bagi dua orang yang memiliki tujuan dan pandangan yang sama terhadap sesuatu hal , maka chemistry akan hadir dengan sendirinya. Tetapi jika apa yang menjadi tujuan dan pandangan mereka berbeda namun mereka terpaksa berada dalam satu situasi yang sama, maka akan terjadi kesepakatan – kesepakatan yang menjembatani keduanya. Saat inilah chemistry tersebut diciptakan. Bedanya pada proses kedua ini dibutuhkan waktu, usaha dan upaya dari orang – orang yang terkait.

The bottom line is, nowadays I really need a lot of energy to find the chemistry in this very freaky mall.

Monday, December 11, 2006

The Super ex-Boyfriend

..The show must go on..

Kemaren gw sekeluarga pergi ke Bandung. Kebetulan sahabat Istri gw nikah, so jadilah kita bertiga ke sana. Nah, karena event-nya ke Bandung, istri gw menyempatkan diri untuk ketemu mantannya. Secara emang kita mesen sepatu buatannya dan ada sedikit kesalahan teknis sehingga tuh sepatu rusak walaupun gw baru pake sekitar 1 atau 2 bulan. Tadinya gw ikhlas aja sih nggak usah diganti atau tuker, tapi istri gw ngerasa bahwa itu adalah hak kita untuk minta ganti. Yah, gw ngerti lah. Kalo loe dah pernah ngabisin waktu bertahun – tahun dengan orang yang loe sayang, you may still have those clinks. So it wouldn’t hurt if you feel it again for a sec or two. It is right, isn’t it dear?

Jadilah kita ketemuan kemaren.

Sebenarnya, gw rada jengah juga. Bukan apa – apa, soalnya dulu gw ngedeketin istri gw itu pada saat mereka masih jadian. It’s my fault, I know. And I am not proud with it. Gw nggak bisa bilang gw nggak punya pilihan lain. Gw nggak bisa bilang bahwa gw nggak pernah memilih orang yang akan gw cintai, cinta memilih gw. Alasan aneh menurut gw.

Jelas, gw punya pilihan lain. Saat itu gw bisa mengambil pilihan untuk tidak mendekatinya walaupun gw mencintainya. Tapi pilihan itu nggak gw ambil. There is something about her that makes me unwilling to make the second choice. Ditambah, segala sesuatu yang gw alamin bareng dia itu seperti mimpi. Malah mungkin sebelumnya kepikiran aja nggak. Itu yang membuat gw yakin that God sent one of the angel for me through her. Gw tau mungkin keputusan itu menyakiti orang lain. Tapi gw nggak sanggup ngebayangin rasa nyesel gw kalo gw nggak ngedeketin dia saat itu. It sounds very selfish, I knew. Tadinya gw berpikir untuk menikahi mereka berdua untuk menutupi rasa bersalah gw, tapi ntar gw bisa digebukin orang – orang se-Bandung!!

Loe mau tau rasa bersalah gw sebesar apa ?

Masih inget cerita Malin Kundang?

Ibu Malin (IM) : Malin, kejamnya dirimu. Ibu sandiri tak kau akui pula. Bundo kutuak
kau jadi batu !
Malin (MK) : Ampuuunnn, Bundooo… Lho, ambo belum jadi batu? Syukurlah, kutukan
dari Bundo tak berhasil.
IM : Jangan senang dulu, kau anak durhaka! Coba kau tengok “burung” kau?!
MK : Tidaaaaaakkkkkk…..

Yup, gw seperti Malin Kundang itu dan gw harus membawa “beban” itu kemana – mana sampai akhir hidup gw.

The bottom line is the meeting is quite ordinary. Seperti pertemuan dua orang temen yang tau tampang doang tapi nggak tau nama masing - masing, yang udah lama berpisah.

Rasanya?? Seperti ikut fear factor di tantangan terakhir menuju $ 50.000. Dimana tantangannya adalah minum jus campuran hati kuda nil yang kena TBC, penis kuda liar yang kena syphilis, tetek sapi yang kena kanker dan jempol kaki yang kena cantengan; diminum sambil bungee jumping dari atas monas.