Gw pernah mendefinisikan kata “komitmen” sebagai sebuah kata benda yang memiliki arti periuk besar yang berisi air kari ayam mendidih, dimana didalamnya terdapat irisan wortel, kembang kol dan kentang. Jika seseorang siap berkomitmen, artinya ia siap terjun ke dalam periuk tersebut dan diiringi teriakan riang gembira kanibal – kanibal Sungai Amazone. Arti dari kata “kebebasan” adalah suatu perasaan senang yang hanya dapat dirasakan jika kita pernah mengalami kejadian mendapat karcis terusan pijat + + gratis di seluruh panti pijat di Jakarta.
Tapi pada kenyataanya, nggak se-simple itu. Begitu sampai pada waktunya, definisi “komitmen” berubah menjadi suatu kegiatan yang hanya bisa dirasakan jika kita adalah seekor laba – laba afrika jantan yang akan menggauli ratu laba – laba betina. Rasa senang, terhormat dan kepuasan yang tak terbatas mengalahkan rasa takut yang luar biasa karena kita mengetahui bahwa Sang Ratu Laba – laba akan menyiksa dan memakan kita hidup – hidup setelahnya. Betapa cantiknya perasaan itu jika kita mengalaminya. Dan hanya seorang Sadhomasokist sejatilah yang mau mengalami perasaan itu. Ajaibnya, hampir seluruh populasi manusia di dunia adalah seorang Sadhomasokist.
Komitmen bukan hanya didominasi oleh kegiatan pasang – berpasangan. Komitmen juga mencakup dunia kerja dan dunia idealisme. Orang yang menolak untuk berada dalam lingkup aturan dan dominasi orang lain pun, sebenarnya telah berkomitmen dengan dirinya sendiri. Ini kategori yang gw bilang sebagai, Narsistic Sadhomasochist (Ini kata dan istilah yang gw karang sendiri. Nggak ada psikolog di belahan dunia manapun yang berteori seperti ini. Bukan bermaksud sombong, tapi dikit – dikit lah. ( Ini adalah contoh nyata dari istilah tersebut.. )). Lebih mengerikan dari yang gw ceritain diatas.
Kebebasan. Ini adalah kata yang TERNYATA nggak punya definisi yang jelas. Di kepala setiap orang terdapat definisi yang berbeda – beda tentang kata “kebebasan” ini. Namun secara harfiah ternyata kata “bebas” mengandung dua erti yang ambigu. Yang satu mengandung arti kita boleh melakukan apa saja yang kita mau. Sedangkan yang lain justru mengandung makna ketidakbolehan kita melakukan sesuatu. Contoh, BEBAS ROKOK. Kalimat ini bukan mengandung arti kita boleh merokok kapan pun dan dimana pun kita mau. Justru kalimat ini mengandung makna, kita TIDAK BOLEH melakukan aktivitas merokok!! Jadi makna bebas itu justru mengandung makna ketidakbebasan.
Menurut gw, kebebasan yang hakiki itu hanya ada dalam pikiran kita. Kita bebas memikirkan apa pun yang kita mau selama kita tidak mengejawantahkan apa yang kita pikirkan itu. Contoh, kita bebas berpikir dan mengkhayalkan berada dalam satu ruangan dengan Andara Early, Kartika, Tiara Lestari, dan siapa pun yang kita mau tanpa ada satu orang pun yang melarang kita. kita mau suruh mereka strip kek, mijitin kita kek, mud - wrestling kek atau apa pun imajinasi terliar kita. Tapi begitu kita praktekan dalam kehidupan nyata, yang ada malah kita malah digiring oleh massa FPI.
Kebebasan pun terbatas pada aturan “selama tidak mengganggu kepentingan orang lain”. Kenapa fokusnya pada “orang lain”?? Memangnya kita nggak punya hak untuk melakukan apa pun yang kita suka !! Emangnya kita nggak perlu diperhatiin !!
Socrates pernah mengatakan, SAYA BERPIKIR MAKA SAYA ADA. Gw baru tahu makna tersebut. Hakikat kebebasan kita sebagai manusia hanya ada dalam pikiran kita. kalo kita berpikir saja dilarang, dikebiri dan dipasung. Sebaiknya kita mulai menyiapkan alat – alat tajam, tumpul atau berat untuk digunakan untuk mengakhiri hidup kita sendiri.
Tapi pada kenyataanya, nggak se-simple itu. Begitu sampai pada waktunya, definisi “komitmen” berubah menjadi suatu kegiatan yang hanya bisa dirasakan jika kita adalah seekor laba – laba afrika jantan yang akan menggauli ratu laba – laba betina. Rasa senang, terhormat dan kepuasan yang tak terbatas mengalahkan rasa takut yang luar biasa karena kita mengetahui bahwa Sang Ratu Laba – laba akan menyiksa dan memakan kita hidup – hidup setelahnya. Betapa cantiknya perasaan itu jika kita mengalaminya. Dan hanya seorang Sadhomasokist sejatilah yang mau mengalami perasaan itu. Ajaibnya, hampir seluruh populasi manusia di dunia adalah seorang Sadhomasokist.
Komitmen bukan hanya didominasi oleh kegiatan pasang – berpasangan. Komitmen juga mencakup dunia kerja dan dunia idealisme. Orang yang menolak untuk berada dalam lingkup aturan dan dominasi orang lain pun, sebenarnya telah berkomitmen dengan dirinya sendiri. Ini kategori yang gw bilang sebagai, Narsistic Sadhomasochist (Ini kata dan istilah yang gw karang sendiri. Nggak ada psikolog di belahan dunia manapun yang berteori seperti ini. Bukan bermaksud sombong, tapi dikit – dikit lah. ( Ini adalah contoh nyata dari istilah tersebut.. )). Lebih mengerikan dari yang gw ceritain diatas.
Kebebasan. Ini adalah kata yang TERNYATA nggak punya definisi yang jelas. Di kepala setiap orang terdapat definisi yang berbeda – beda tentang kata “kebebasan” ini. Namun secara harfiah ternyata kata “bebas” mengandung dua erti yang ambigu. Yang satu mengandung arti kita boleh melakukan apa saja yang kita mau. Sedangkan yang lain justru mengandung makna ketidakbolehan kita melakukan sesuatu. Contoh, BEBAS ROKOK. Kalimat ini bukan mengandung arti kita boleh merokok kapan pun dan dimana pun kita mau. Justru kalimat ini mengandung makna, kita TIDAK BOLEH melakukan aktivitas merokok!! Jadi makna bebas itu justru mengandung makna ketidakbebasan.
Menurut gw, kebebasan yang hakiki itu hanya ada dalam pikiran kita. Kita bebas memikirkan apa pun yang kita mau selama kita tidak mengejawantahkan apa yang kita pikirkan itu. Contoh, kita bebas berpikir dan mengkhayalkan berada dalam satu ruangan dengan Andara Early, Kartika, Tiara Lestari, dan siapa pun yang kita mau tanpa ada satu orang pun yang melarang kita. kita mau suruh mereka strip kek, mijitin kita kek, mud - wrestling kek atau apa pun imajinasi terliar kita. Tapi begitu kita praktekan dalam kehidupan nyata, yang ada malah kita malah digiring oleh massa FPI.
Kebebasan pun terbatas pada aturan “selama tidak mengganggu kepentingan orang lain”. Kenapa fokusnya pada “orang lain”?? Memangnya kita nggak punya hak untuk melakukan apa pun yang kita suka !! Emangnya kita nggak perlu diperhatiin !!
Socrates pernah mengatakan, SAYA BERPIKIR MAKA SAYA ADA. Gw baru tahu makna tersebut. Hakikat kebebasan kita sebagai manusia hanya ada dalam pikiran kita. kalo kita berpikir saja dilarang, dikebiri dan dipasung. Sebaiknya kita mulai menyiapkan alat – alat tajam, tumpul atau berat untuk digunakan untuk mengakhiri hidup kita sendiri.
No comments:
Post a Comment